BANGUN MALAM DAN MENJAUHI KEMALASAN
وَيَنْبَغِيْ لِطَالِبِ الْعِلْمِ مِنْ سَهْرِ اللَّيَالِيْ لِلْمُطَالَعَةِ وَالدَّرْسِ، كَقَوْلِ الشَّاعِرِ:
Bagi orang yang mencari ilmu, seyogyanya bangunnya malam untuk mengulang pelajaran dan belajar seperti halnya syair berikut:
تَمَنَّيْتَ أَنْ تُمْسِيْ فَقِيْهًا مُنَاظِرًا # بِغَيرِ عَنَاءٍ وَالْجُنُوْنُ فُنُوْنُ
Kau berharap menjadi faqih analis,Padahal tidak sanggup bekerja keras, memang penyakit gila banyak macamnya.
وَلَيْسَ اكْتِسَابُ الْمَالِ دُوْنَ مَشَقَّةٍ # تَحَمَّلَهَا فَالْعِلْمُ كَيْفَ يَكُوْنُ
Tidak bakal memboyong harta, tanpa sanggup memikul derita, ilmu-pun begitu pula.
وَقِيْلَ فِي الشِّعْرِ:
Dan dikatakan dalam Syair
بِقَدْرِ الْكَدِّ تُكْتَسَبُ الْمُعَالِيْ # وَمَنْ طَلَبَ الْعُلَى سَهِرَ اللَّيَالِيْ
Seukur kesulitannya, akan dicapai kemuliaan, siapa ingin mulia, hendaklah berjaga semalaman
تَرُوْمُ الْعِزَّ ثُمُّ تَناَمُ لَيْلاً # يَغُوْصُ الْبَحْرَ مَنْ طَلَبَ اللآلِيْ
Kau ingin mulia, tapi tidur di malam hari, orang mencari mutiara, lautpun diselami
عُلُوَّ الْكَعْبِ بالْهِمَمِ الْعَوَالِيْ # وَعِزُّ الْمَرْءِ فِيْ سَهَرِ الَّليَالِيْ
Keluhuran derajat itu dengan himmah yang tinggi, keluhuran seseorang dengan berjaga di malam hari.
وَمَنْ رَامَ الْعُلَى مِنْ غَيْرِ كَدٍّ # أَضَاعَ الْعُمْرَ فِيْ طَلَبِ الْمُحَالِ
Siapa menghendaki mulia tanpa mau kesulitan, mengulur umur untuk mencapai kemustahilan
تَرَكْتُ النَّوْمَ رَبِّيْ فِي اللَّيَالِيْ # لِأَجْلِ رِضَاكَ يَا مَوْلَى الْمَوَالِيْ
Oh Tuhan, aku singkirkan tidur di malam hari, demi ridhoMu, Ya Maulal Mawali.
فَوَفِّقْنِيْ إِلَى تَحْصِيْلِ عِلْمٍ # وَبَلِّغْنِيْ إِلَى أَقْصَى الْمَعَالِيْ
Tolonglah kami untuk mendapat ilmu, dan bimbinglah kami pada kemuliaan di sisi-Mu.
وَقِيْلَ: مَنْ أَسْهَرَ نَفْسَهُ باِللَّيْلِ فَقَدْ فَرِحَ قَلْبُهُ بِالنَّهَارِ.وَلاَ يَنْبَغِيْ لِطَالِبِ الْعِلْمِ أَنْ يَجْهَدَ نَفْسَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، وَكَذَا وَأَنْ لاَ يُضَعَفَ نَفْسَهُ حَتَّى يَنْقَطِعَ عَنِ الْعَمَلِ بَلْ يَسْتَعْمِلُ الرِّفْقَ. قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: نَفْسُكَ مَطِيَّتُكَ فَارْفُقْ بِهَا.وَلاَ بُدَّ لِطَالَبِ الْعِلْمِ مِنَ الْهِمَّةِ وَالْآمَالِ الْعَالِيَةِ فِيْ الْعِلْمِ كَقَوْلِ ص.م. إِنَّ اللهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأُمُوْرِ وَيُكْرَهُ سَفْسَافَهَا. وَإيَّاكَ وَالْكَسَلَ، فَإِنَّهُ شُؤُمٌ وَآفَةٌ عَظِيْمَةٌ، قَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ نصر:
Kata mutiara disebutkan: “Barang siapa tidak tidur di malam hari, maka bahagia di siang hari”. Bagi orang yang menuntut ilmu tidak baik untuk memaksakan dirinya di atas kemampuannya, dan begitu juga tidak boleh memberatkan dirinya, sehingga dia meninggalkan pekerjaan akan tetapi dia harus menggunakan dirinya secara lemah lembut.
Nabi SAW bersabda :”Dirimu adalah kendaraanmu, maka perlakukanlah dengan santun”. Dan wajib bagi seseorang pencari ilmu untuk mendahulukan perkara penting dan mempunyai cita-cita yang tinggi didalam mencari ilmu, seperti halnya Nabi SAW bersabda:”Sungguh Allah menyukai berbagai perkara yang luhur dan membenci hal-hal yang hina. Dan hindarilah bermalas-malas, karena kemalasan itu jahat dan malapetaka besar”. Berkata Syaikh Imam Abu Nashr :
يَا نَفْسِ يَا نَفْسِ لاَ تُرْخِيْ عَنِ الْعَمَلِ # فِي الْبِرِّ وَالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ فِيْ مَهَلِ
Diriku oh diriku, jangan kau bermalas-malasan untuk berbakti, berbuat adil dan mengabdi perlahan-lahan
فَكُلُّ دِيْ عَمَلٍ فِي الْخَيْرِ مُغْتَبِطٌ # وَفِيْ بَلاَءٍ وَسُؤْمٍ كُلُّ ذِيْ كَسَلِ
Setiap orang berbuat baik, tentu akan dikepengini, setiap orang malas, tertimpa bencana dan caci maki.
وَقَالَ أَيْضَا:
Berkata Syaikh Imam Abu Nashr lagi :
دَعِيْ نَفْسِيْ الْتَكَاسُلُ وَالتَّوَانِيْ # وَإِلاَّ فَاثبُتِيْ فِيْ ذَا الْهَوَانِيْ
Oh diriku, hindarkan malas dan menunda-nunda, kalau tidak, tetaplah kau di lembah hina
فَلَمْ أَرَ لِلْكُسَالَى الْحَظَّ يُعْطَى # سِوَى نَدَمٍ وَحِرْمَانِ الْاَمَانِ
Tidak aku lihat pemalas mendapat bagian, kecuali sesal dan gagalnya harapan.
كَمْ مِنْ حَيَاءٍ وَكَمْ عَجْزٍ وَكَمْ نَدَمٍ # جَمٍّ تَوَلَّدَ لِلْاِنْسَانِ مِنْ كَسَلِ
Bertumpuk malu, lemah dan penyesalan, dialami manusia karena bermalasan.
وَصَاحِبُ الْعِلْمِ النَّافِعِ يَبْقَى وَإِنْ كَانَ صَاحِبُهُ يَمُوْتُ. كَمَا قَالَ الشَاعَرُ:
Dan orang yang mempunyai ilmu bermanfaatitu kekal walaupun jasadnya sudah meninggal dunia
اَلْجَاهِلُوْنَ مَوْتَى قَبْلَ مَوْتِهِمْ # وَالْعَالِمُوْنَ وَإِن ْمَاتُوْا فَأَحْيَاءُ
Para manusia bodoh itu telah mati sebelum mati, para orang alim itu tetap hidup sesudah mati
وَقِيْلَ:
Dan dikatatan Syaikh Imam Abu Nashr :
وَفِي الْجَهْلِ قَبْلَ الْمَوْتِ مَوْتٌ لِأَهْلِهِ # فَأَجْسَامُهُمْ قَبْلَ الْقُبُوْرِ قُبٌوْرُ
Kematian orang bodoh telah tiba sebelum mati, tubuhnya telah terkubur sebelum dikubur.
وَإِنَّ امْرَأً لَمْ يُحْيِى بِالْعِلْمِ مَيِّتٌ # وَلَيْسَ لَه ُحِيْنَ النُّشُوْرِ نُشُوْرُ
Orang hidup tanpa ilmu adalah mati, saat kebangkitan tidak dapat bangkit kembali.
أَخُو الْعِلْمِ خَالِدٌ بَعْدَ مَوْتِهِ # وَأَوْصَالُهُ تَحْتَ التُّرَابِ رَمِيْمٌ
Orang berilmu hidup abadi sesudah mati, padahal hancur tubuhnya tertimbul duli.
وَذَو الْجَهْلِ مَيِّتٌ وَهُوَ يَمْشِيْ عَلَى الثُرَى# يَظُنَّ مِنَ الْأَحْيَاءِ وَهُوَ عَدِيْمُ
Orang bodoh itu telah mati, padahal ia berjalan di atas bumi, dikira hidup ternyata mati
وَقَالَ الشَّيْخُ بُرْهَانُ الدِّيْن فِيْ شِعْرِهِ:
Dan Syaikh Burhanuddin berkata dalam Syairnya :
إذِ الْعِلْمُ أَعْلَى رُتْبَةٍ فِي الْمَرَاتِبِ # وَمِنْ دُوْنِهِ عِزُّ الْعُلَى فِي الْمَوَاكِبِ
Ilmu itu sendiri martabat paling mulia, tapi selain ilmu akan tinggi bila banyak anak buahnya.
فَذُو الْعِلْمِ يَبْقَى عِزُّهُ مُتَضَاعِفَا # وَذُو الْجَهْلِ بَعْدَ الْمَوْتِ تَحْتَ التَّيَارُبِ
Kemuliaan berilmu abadi berlipat ganda, orang bodoh sesudah mati tertimbun tanah.
فَهَيْهَاتَ لاَ يَرْجُوْ مَدَاهُ مَنِ ارْتَقَى # رُقَيَّ وَلِيِّ الْمُلْكِ وَإِلَى الْكِتَائِبِ
Untuk mencapai puncak kemuliaan ilmu, mustahil bisa orang yang mendaki bagaikan komandan kaveleri raja.
سَأُمْلِيْ عَلَيْكُمْ بَعْضَ مَا فِيْهِ فَاسْمَعُوْا # فَبِيْ حَصْرٍ عَنْ ذِكْرِ كُلِّ الْمَنَاقِبِ
Dengarkanlah, aku ditekan sedikit untukmu, hanya ringkasan untuk menutur kemuliaan ilmu.
هُوَ النُّوْرُ كُلُّ النُّوْرِ يَهْدِيْ عَنِ الْعَمَى # وَذُو الْجَهْلِ مَرَّ الدَّهْرِ بَيْنَ الْغَيَائِبِ
Dia cahaya cemerlang penerang buta, orang bodoh sepanjang masa gelap gulita.
هُوَ الذَّرْوَةُ السَّمَّاءُ تَحْمِيْ مِنَ التَّجَا # إِلَيْهَا وَيُمْسِيْ آمِنًا فِي النَّوَائِبِ
Dia puncak yang tinggi dan melindungi, setiap orang menjadi aman dari rintangan.
بِهِ يَنْجُوْ وَالنَّاسُ فِيْ غَفَلاَتِهِمْ # بِهِ يَرْتَجِيْ وَالرُّوْحُ بَيْنَ التَّرَائِبِ
Dia sarana, untuk menolong orang durhaka, dia harapan ketika nyawa di ambang pintu.
بِهِ يَشْفَع ُالْإِنْسَانُ مَن رَاحَ عَاصِيَا # إِلَى دَرَكِ النِّيْرَانِ شَرِّ الْعَوَاقِبِ
Dia penyelamat insan dikala terjerat tertipu, yang bertindak buruk, lagi menuju kerak neraka
فَمَنْ رَامَهُ رَامَ المآرِبَ كُلَّهَا # وَمَنْ حَازَهُ قَدْ حَازَ كُلَّ الْمَطَالِبِ
Siapa saja tujuannya ilmu, berarti menuju segala-galanya, siapa dia mendapat ilmu, berarti mendapat segala-galanya.
هُوَ المَنْصَبُ الْعَالِيْ اَيَا صَاحِبَ الحِجَى# إِذَا نِلْتَهُ هَوِّنْ بِفَوْتِ الْمَنَاصِبِ
Wahai insan berakal, ilmu itu pangkat yang mulia, jika telah kau dapat, pangkal lain lepas tidak mengapa.
فَإنْ فَاتَكَ الدُّنْيَا وَطِيْبُ نَعِيمِهَا # فَغَمِّضْ فَإنَّ الْعِلْمَ خَيْرُ الْمَوَاهِبِ
Bila kau ditinggalkan dunia dan segala nikmatnya, lupakanlah: sungguh ilmu anugrah paling berharga.
والله أعلم
BANGUN MALAM DAN MENJAUHI KEMALASAN
Dari syair di atas menegaskan bahwa proses mencari ilmu yang di iringi dengan kesungguhan dan jerih payah menjadi syarat mutlak tercapainya ilmu-ilmu yang bermanfaat. Karena orang yang hanya berangan-angan untuk menjadikan dirinya seorang yang faqih tetapi ia meninggalkan kesungguhan dalam mencari ilmu, maka sesungguhnya ia bagaikan orang-orang yang gila.
Maksud dari sifat gila ini yakni mustahil seseorang menjadi faqih tatkala ia meninggalkan kesungguhan dalam mencari ilmu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Insyiroh :
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Bahwa gambaran seperti itu oleh mushonnif kitab ta’limul muta’allim diibaratkan orang yang ingin mempunyai harta yang banyak tapi ia tidak mau bekerja maka tidak mungkin orang itu menjadi kaya, begitu pula dengan ilmu jika ingin memperoleh ilmu maka seseorang harus rela mengorbankan waktunya untuk belajar.
Orang yang sedang mencari ilmu hendaknya ia rela mengurangi tidur dimalam hari untuk belajar ilmu-ilmu yang ia inginkan, karena pada malam hari Allah menjelaskan dalam firmannya bahwa waktu malam hari adalah waktu yang efektif untuk para pelajar jika ingin mempelajari hal-hal yang ia rasa sulit selain itu diwaktu dimalam hari, Allah lebih mendengar doa para hambanya dibanding pada waktu siang hari. Jadi sebagai penuntut ilmu selain mengurangi waktu untuk belajar seorang penuntut ilmu juga dianjurkan untuk memperbanyak beribadah dimalam tersebut karena usaha yang diiringi dengan doa akan menghasilkan hasil yang memuaskan, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra’ :
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
Namun dalam faktanya banyak pelajar yang kurang mengetahui waktu-waktu efisien untuk belajar misalkan. Masih banyak belajar yang menghabiskan malam harinya untuk begadang yang tiada arti. Perbuatan semacam ini digambarkan seperti halnya orang yang mencari mutiara didasar lautan pasti akan mengalami kesulitan.
Namun raga seseorang juga mempunyai batas kemampuan. Kita sebagai penuntut ilmu harus pandai melihat kondisi diri sendiri, jangan terlalu berlebihan dalam belajar dimalam hari, karena raga seseorang mempunyai kadar yang berbeda-beda. Tatkala raga kita sudah tidak mampu untuk melakukan aktifitas dimalam hari, Allah menyuruh kita segera tidur untuk melepas kelelahan. Allah berfirman dalam surat An-Naba’ :
Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.
Kita sebagai pelajar harus pandai merawat kondisi tubuh kita, karena kondisi fisik itu sama halnya dengan kendaraan.
Seorang pencari ilmu harus melihat orang-orang yang akreditasi ilmu diatas dirinya dan melihat kekayaan seseorang dibawahnya. Karena hal ini bisa menjadi pemicu seseorang untuk giat memperdalam ilmu. Selain itu orang yang sedang mencari ilmu jangan merasa bahwa dirinya sudah mengerti apa yang ia pelajari. Rasulullah bersabda: bahwa Allah mecintai perkara yang mulia dibanding dengan cita-cita yang hina.
Hal yang perlu diperhatikan seseorang yang sedang mencari ilmu ialah hambatan-hambatan yang bisa menjatuhkan cita-citanya. Diantara hambatan yang harus diperangi oleh orang yang sedang mencari ilmu ialah sifat malas, karena malas adalah sifat yang bisa mengecewakan diri sendiri dan orang lain. Selain itu sifat malas hanya menghasilkan dua hal, yakni penyesalan dan gagalnya harapan.
Jika seorang pencari ilmu sudah bisa menjalankan anjuran-anjuran di atas, niscaya keinginan orang tersebut akan menjadi sebuah kenyataan, dan ia mendapat gelar orang alim di sisi Tuhan.
وقال صلى الله عليه وسلم : من اكرم عالما فقد اكرمني. ومن اكرمني فقد اكرم الله ومن اكرم الله فماء واه اجنة.
Gelar ini tidak dapat diperoleh oleh semua orang, belum tentu orang yang sukses di bidang formal mendapat gelar orang alim disisi Allah. Gelar ini di berikan khusus hanya kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan bertaqwa kepada Allah, karena seseorang dinilai alim jika ia menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Belum tentu orang yang mengerti itu pasti mengamalkan apa yang ia ketahui.
Dan jika seseorang mengerti dan mau mengamalkan apa yang ia ketahui, sesungguhnya ia adalah orang-orang yang dijanjikan Allah sebagai manusia yang mempunyai kekekalan di dunia walaupun jasadnya sudah mati. Hal ini sesuai firman Allah dalam surat Ali Imran :
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka.
BAB
PEMBAHASAN
TENTANG HURUF ليس
( Huruf-huruf Yang Menyerupai Pengamalannya ليس).
Huruf-huruf ليس yaitu : huruf نفي yang diamalkan pengamalannya ليس dan melakukan maknanya ليس yaitu ada empat (ما ولا ولات وان)
ما yang menyerupai dengan ليس
Huruf ما bisa beramal seperti halnya ليس jika memenuhi empat syarat,
(1), jika khobarnya tidak didahulukan atas isimnya ما, apabila khabar didahulukan, maka ما ini tidak bisa beramal, seperti halnya ( ما مسي ء من اعتب )
(2), jika pengamalan khabarnya ما tidak didahulukan atas isimnya ما dan apabila didahulukan maka tidak bisa beramal, seperti halnya ( ما امر الله انا عاص ), kecuali pengamalan khabarnya ما itu berada diakhir atau di jarkan dengan huruf jar maka hal ini ma tetap diamalkan seperti halnya ليس
(ما عندي انت مقيما, ما بك انا منتصرا)
Apabila mendahulukan pengamalannya khabar dari khabarnya ما sendiri bukan dari isim lainnya, hal ini juga bisa menjadikan ما beramal seperti ليس walaupun pengamalannya khabar itu tidak berada pada akhir kalimat atau tidak dijarkan,
(انا امرك عاصيا)
(3), setelahnya ما tidak ditambahi dengan huruf ان , apabila terjadi penambahan huruf ان setelah huruf ما, maka ما tidak bisa beramal, seperti syair
( بني غدانة, ما ان انتم ذهب # ولا صريف, ولكن انتم الخزف )
(4), tidak mengahapus kenafian ما dengan huruf ليس, apabila terjadi penghapusan penafian ما , maka ما tidak bisa beramal, seperti halnya
وما امرنا الا واحدة , وما محمد الا رسول
dan contoh ini karena ما tidak diamalkan pada isim yang tetap.
Dan apabila syarat diantara beberapa syarat diatas dihapus maka ما sudah tidak bisa bersama, dan ada huruf setelah ما itu menjadi mubtada atau khabar, seperti halnya pendapatku
Dan juga diperbolehkan isimnya ما berupa اسم فعرفة dan juga اسم نكرة seperti contoh
(ما احد افضل من الخلص في عمله )
Dan apabila ما tidak diamalkan didalam isim-isim yang diwajibkan, dan ما tidak diamalkan pada اسم نفي maka wajib dirofa’kan huruf setelahnya (بل ولكن) seperti halnya lafadz (ما سعيد كسولا), lafadz-lafadz tersebut ialah khabarnya mubtada yang dibuang dalam kira-kiranya (هو) maksudnya (بل هو مجتهد), huruf بل dan لكن menjadi dua huruf ibtida’ yang keduanya bukan huruf عطف, jika keduanya menjadi عطف maka tidak bisa memenuhi walaupun huruf ماdiamalkan setelah huruf بل dan لكن , hal ini karena bukan huruf نفي, tetapi huruf yang ditetapkan. بل dan لكن bisa memenuhi kewajiban amal setelah huruf نفي, apabila ada huruf عطف yang tidak memenuhi untuk pewajiban amal seperti halnya واو , maka boleh menasabkan huruf setelahnya menggunakan عطف terhadap khabar, seperti halnya (ما سعيد كسولا ولا مهملا) dan boleh membaca rofa karena menjadi khobar mubtada yang dibuang (ما سعيد كسولا ولا مهمل)
Seperti halnya pada huruf ليس wajib dibaca rofa huruf setelah بل atau لكن seperti halnya (ليس خالد شاعرا, بل كاتب) dan boleh menasabkan dan merofakan setelah عطف واو seperti halnya (ليس خالد شاعرا ولا كاتبا, ولا كاتب). Tetapi membaca nashab lebih baik menurut ahli nahwu .
Ketahuilah bahwa huruf ما tidak beramal seperti amalnya ليس kecuali didalam bahasa orang hijaz (الذين جاء القران الكريم بلغتهم). Dan penduduk تهامة dan نجد maka dari itu huruf ما disana dinamakan ما النافية الحجازية. Yang dimaksud ما النافية الحجازية yakni ما نفي yang tidak dipakai didalam bahasa تميم dalam berbagai keadaan dan lafadz-lafaz setelahnya mubtada dan khabar.
لا yang diserupakan pengamalannya dengan ليس
لا yang diserupakan dengan pengamalan ليس menurut seluruh orang arab tidak diamalkan dan juga bisa diamalkan menuruf orang حجاز dengan syarat yang didahulukan dan ditambahi atas isim khabar nakirohnya لا. Dan jarang terjadi isimnya لا itu berupa isim ma’rifat seperti halnya syair
وحلت سواد القلب, لا انا باغيا # سواها, ولا في حبها متراحيا
dan seperti halnya terdapat pada pendapatnya متنبي
اذا الجود لم يرزق خلاصا من الاذى # فلا الحمد مكسوبا, ولا المال باقيا
dan sebagian ulama arab memperbolehkan pengamalan لا.
Keumumannya khabar لا dalam hal ini terbuang seperti contoh
من صد عن نيرانها # فانا ابن قيس, لا براح
Yang dimaksud dengan لا براح yaitu لا براح لي . dan juga boleh menuturkan khabarnya لا .seperti halnya pendapat lain
تعز, فلا شيء على الارض باقيا # ولا وزر مما قضى الله واقيا
Dan ketahuilah bahwa huruf لا diatas boleh dikembalikan sebagian ke nafiannya atau keseluruhan kenafiannya. Yaitu yang dipakai pada نفي الوحدة dan نفي الجنس. Dan قرينة antara keduanya (فان قلت : لا رجل حاضر), yang dimaksud dengan lafadz tersebut tidak ada satupun jenis dari laki-laki hadir dan juga bisa saja yang dimaksud tidak ada satupun laki-laki yang hadir, maka hal ini bisa mencakup dua orang laki-laki atau lebih dan hal ini dapat dikatakan
(لا رجل حاضرا). Adapun لا yang beramal seperti amalnya ان maka ل ini tidak mempunyai لا نفي الجنس pada keumumannya, seperti halnya ucapan .لا رجل حاضر Lafadz ini mempuyai makna ليس احد من جنس الرجال حاضرا. Hal ini tidak diperbolehkan engaku mengucap بل رجلان, او رجال .
Dan ketahuilah bahwa yang lebih utama didalam لا yakni jika لا di sepikan dan dibuat isim setelahnya mubtada dan khabar. Dan apabila tidak dipakai pengamalannya maka yang lebih baik dalam hal ini لا di ulang-ulang seperti halnya لا خوف عليهم ولا هم يحزنون
لات yang diserupakan pengamalannya dengan ليس
لات beramal seperti amalnya ليس dalam dua syarat
(1), jika isim dan khabarnya لات berupa isim zaman seperti lafadz
كالين والساعة والاوان
(2), jika salah satu darinya dibuang. Pada keumumannya sesuatu yang dibuang yaitu berupa isimnya لات, seperti halnya ولا تحين مناص. Dan seperti halnya ucapan syair
ندم البغاة, ولات ساعة مندم, # والبغي مرتع مبتغيه وخيم
Dan juga boleh merofakan lafadz diatas karena dia termasuk isimnya لات. Isimnya لات dibuang maka ia dibaca nasab karena ia sesungguhnya menjadi khabarnya لات dan hal ini jaranga terjadi pada bahasa orang arab.
Dan ketahuilah bahwa لات jika kemasukan selain isim zaman maka لات tidak bisa beramal seperti ليس seperti
لهفي عليك للهفة من خائف # يبغي جوارك حين لات مجير
Dan ketahuilah bahwa orang arab memperbolehkan pengamalannya لات seperti ليس dan membaca jar adalah pendapat yang شاذ, seperti
طلبوا صلحا ولات اوان # فاجبنا ان ليس حين بقاء
Dan pendapat متنبي :
لقد تصبرت حتى لات مصطبر # والان اقحم حتى لات مقتحم
ان yang menyerupai pengamalannya dengan ليس
Terkadang ان النافية bisa berama seperti amalnya ما نفي dan hal ini tidak dipakai. Dan terkadang in beramal seperti ليس namun sedikit. Hal itu terdapat pada bahasa orang نجز dari bagian orang arab. Seperti halnya pendapat mereka ان احد خيرا من احد الا بالعافية
dan pendapat syair
ان هو مستوليا على احد # الا على اضعف المجانين
Dan pendapat lain
ان المرء ميتا بانقضاء حياته # ولكن بان يبغى عليه فيخذلا
ان bisa beramal seperti amalnya ليس dengan dua syarat
(1), jika khabarnya ان tidak didahului dengan isimnya, apabila didahului dengan isimnya maka pengamalannya batal
(2), jika tidak melakukan kenafiannya ان dengan huruf الا dan apabila kenafiannya الا dilaksanakan maka ان tidak bisa beramal seperti halnya ان انت الا رجل كريم .
Pengamalan nafi bisa membatalkan amalan ان karena ia dinisbatkan terhdap khabar. Seperti halnya pendapatku. Dan pengamalannya ان tidak membahayakan terhadap nisbat معمول khabar, seperti halnya ان انت اخذا الا بيد البائسين Contoh bait
ان هو مستوليا على احد
Dan ketahuilah bahwa keumuman didalam ان النافية apabila bersamaan dengan khabar setelahnya ان berupa huruf الا , seperti halnya ان هذا الا ملك كريم
Dan terkadang pengmalan ان tidak mengguakan الا seperti bait
ان المرء ميتا بانقضاء حياته
dan juga pendapatnya ahli nawu ان هذا نافعك ولا ضارك .
Faidah
Imam الكسائي mendengar orang arab berbicara انما قائما . kemudian ia mengingkari ucapan tersebut , dia mengira bahwa ان yang ditasydid meluruskan isim rofa terhadap khabar dan haknya itu apabila dirofa’kan seperti lafadz قائما
Apabila ia menginginkan ucapan ان انا قائما yang dimaksud ما انا قائما kemudian meninggalkan hamzahnya karena lebih mempermudan dan mengidghomkan pada لكنا هو الله ربي yang dimaksud لكن انا.
Oleh : Abdur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar