Kamis, 20 Juli 2017

makalah pengembangan dan teori model pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Dalam mengkaji pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta belajar, tidak dapat dilepaskan dengan unsur-unsur seperti : guru, siswa, kurikulum, lingkungan, serta model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Aspek-aspek tersebut akan sangat menentukan hasil belajar yang diharapkan baik yang berupa dampak pengajaran maupun dampak penggiringnya.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu. Model-model pembelajaran berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional dituntut mampu pengembangkan model perbelajaran, baik teoritik maupun praktek, yang meliputi aspek-aspek, konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model yang tepat merupakan persyaratan untuk membantu siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan belajar siswa. Jika tenaga pengajar menggunakan model pembelajaran sebagai suatu strategi mengajar dalam pembelajaran.
Sebagai sebuah proses yang sengaja dilakukan, proses pembelajaran memerlukan sebuah perancangan, agar apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan. Dengan adanya perancangan tersebut, maka proses yang akan dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki langkah yang jelas, dapat diprediksikan hasilnya, dapat diperkirakan sumber daya-sumber daya yang diperlukan, dan dapat pula digunakan untuk menentukan persyaratan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Masalah yang sering dihadapi pengajar berkenaan dengan proses pembelajaran adalah bagaimana cara pengajar menyampaikan pesan materi kepada peserta didik yang disebut dengan metode pembelajaran. Bagaimana cara si pendidik dalam menyampaikan materi dan agar siswa mampu memahami materi yang diberikan. Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan metode pembelajaran untuk membantu pengajar agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas sedikit tentang Desain Pengembangan Metode Pembelajaran PAI, yang diharapkan bisa menambah wawasan pembaca.

  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Pengertian Pengembangan model Pembelajaran PAI?
  2. Bagaimana Pengembangan teori Pembelajaran PAI ?
  3. Bagaimana Pengembangan Model Pembelajaran PAI ?

  1. Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui arti model pmebelajaran PAI
  2. Mengetahui pengembangan teori pembelajaran PAI
  3. Mengetahui pengembangan model pembelajaran PAI

















BAB II
PEMBAHASAN

  1. Arti Model Pembelajaran PAI   
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama sebagai kerangka proses pemikiran.
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Era globalisasi mambawa dampak yang signifikan terhadap perubahan-perubahan tata nilai kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk perubahan tata nilai tersebut seperti diungkapkan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000 adalah “lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis, materialistis dan hedonistis”. Keadaaan ini berlawanan dengan ajaran Islam sekaligus tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kondisi objektif terlihat pada berbagai data hasil penelitian, seperti yang terungkap bahwa proses belajar mengajar PAI khususnya sekolah-sekolah menengah (SMA) belum dilaksanakan secara optimal, sehingga perannya sebagai mata pelajaran yang berorientasi pada pembentukan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia belum dapat dicapai secara efektif. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya peranan dan efektifitas pendidikan agama Islam dalam membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia adalah:

1. Pendidikan agama Islam selama ini dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Materi pembelajaran PAI yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah, terisolasi atau kurang terkait dengan mata pelajaran lain dan bahkan antar sub mata pelajaran PAI itu sendiri, yakni antara unsur Alquran, Keimanan, Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam (Tarikh) yang disajikan sendiri-sendiri.
3. Model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan pada pengayaan pengetahuan (kognitif pada tingkat yang rendah) dari pada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psiko-motorik). Sehingga pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajaran agama Islam serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk akhlak mulia belum dapat digapai.

  1. Pengembangan Teori Pembelajaran PAI
Proses pembelajaran pada saat ini sudah semakin meningkat seiring perkembangan teknologi yang semakin maju. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada, dan harus bisa memahami bagaimana cara melaksanakan proses pembelajaran. Pada saat ini akan dijelaskan bagaimana teori belajar dan pembelajaran (masa lalu, masa kini, dan masa depan). Selain itu juga ada analisis dari berbagai macam teori belajar yang ada, diantaranya behavioristik, kognitif, konstruktivisme, dan juga humanistik. Setelah mengetahui berbagai macam teori, juga ada pergeseran dari teori tersebut, yaitu pergeseran teori koneksionisme sampai kognitivisme

  1. Pengembangan Model Pembelajaran PAI

  1. Model Briggs
    Pengembangan intruksional model briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara:
a. Tujuan yang akan di capai
b. strategi untuk mencapainya.
c. Evaluasi keberhasilannya, yang dalam bahasa sehari-hari dapat di nyatakan bentuk pertanyaan :
1) Mau kemana?
2) Dengan apa?
3) Bilamana sampai tujuan?

Berdasarkan pendapat Briggs, secara keseluruhan model pengembangan itruksional dari Briggs, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi kebutuhan/ penetu tujuan
Dalam langkah ini Briggs menggunakan pendekatan bertahap 4 yaitu: mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas, menentukan prioritas tujuan, mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru, dan menentukan prioritas remedialnya.
2) Penyusunan garis besar kurikulum/ rincian tujuan kebutuhan intruksional yang telah di tuangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus di rinci, disusun dan di organisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3) Perumusan tujuan
Sesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum di tentukan dan diorganisasi menurut tujuan yang lebih khusus, tujuan sebaiknya dirumuskan dala tingkah laku belajar yang dapat di ukur.
Dalam langkah ini perlu di adakan analisis terhadap tiga yaitu:
a) Proses informasi : untuk menetukan tata urutan pemikiran yang logis
b) Klasifikasi belajar untuk mengedidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
c) Tugas belajar untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.
- Penentuan tujuan menganalisis tujuan
- Rincian tujuan penyiapan evaluasi hasil belajar
- Rumusan tujuan sekuers dan jenjang belajar
Penentuan kegiatan belajar
5) Penyimpanan evaluasi hasil belajar
6) Menentukan jenjang belajar
7) Menentukan kegiatan belajar
Penentuan strategi intruksional ini di tinjau dari dua segi yaitu: dari segi guru sebagai perancang kegiatan intruksional dan menurut tim pengembangan intruksional. Dalam pengembanganstrategi intruksional oleh guru ini, guru perlu menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar dalam fungsinya sebagai penyeleksi materi pelajaran. Kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam pengembangan strategi intruksional ini meliputi: pemilihan media, perencanaan kegiatan belajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan evaluasi belajar.
Sedangkan dalam pengembangan strategi intruksional yang dilakukan oleh tim pengembangan terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:penentuan stimulus belajar yaitu stimulus apa yang paling sesuai untuk TIK tertentu,pemilihan media, penentu kondisi belajar, perumusan strategi pengembangan media, evaluasi formatif, dan penyusunan pedoman pemanfaatan.
8) Pemantauan bersama
Pada pemantauan bersama ini di lakukan oleh guru sebagai perancang kegiatan intruksional dan tim pengembangan intruksional.
9) Evaluasi formatif
Evaluasi ini untuk memperoleh data dalam rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar.
10) Evaluasi sumatif
evaluasi ini untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan.

2. Model Gerlach dan Ely
Model pengebangan intruksional yang di kembangan Gerlach dan Ely ini maksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurutnya langkah-langkah dalam pengembangan intruksional terdiri dari:
1) Merumuskan tujuan intruksional
2) Menentukan isi materi pelajaran
3) Menetukan kemampuan awal peserta didik
4) Menentukan teknik dan strategi
Strategi merupakan pendekatan yang dipakai guru dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/ peran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi tahap ini guru harus menetkan untuk dapat mencapai tujuan intruksional secara baik.
5) Pengelompokan belajar
Pada tahap ini guru harus menentukan bagaimana kelompok belajar akan di atur.
6) Menentukan pembagian waktu
Dalam langkah ini guru harus menentukan alokasi waktu penyajian sesuatu strategi dan teknik yang digunakan.
7) Menentukan ruang
Dalam menentukan ruang perlu memperhatikan jumlah peserta didik dan strategi yang di gunakan.
8) Memilih media intruksional yang sesuai
Pemilihan media ini harus menunjang pencapaian tujuan intruksional dan sesuai dengan strategi dan teknik yang digunakan
9) Mengevaluasi hasil belajar
Untuk menilai sejauh mana tujuan intruksioanal tercapai, maka evaluasi di kembangkan berdasarkan tujuan intruksional
10) Menganalisis umpan balik
Yang dilakukan dalam rangka untuk menyempurnakan/ perbaikan itruksional.

  1. Analisa Pembahasan
Dalam Pengembangan intruksional model briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan intruksional. Hal ini bisa diterapkan di dalam pembelajaran PAI karena pengembangan model briggs ini terlihat mampu menjadi pedamodan dasar guru dalam menyusun model pembelajaran.
Model pengembangan intruksional yang di kembangan Gerlach dan Ely ini maksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Jadi bisa digunakan seorang tenaga pendidik untuk merencanakan proses KBM di dalam kelas dengan cara yang mendasar dan mudah. Kelebihan dari kedua model itu adalah cara pengimplementasiannya yang simpel dan mudah.
Dari kedua model ini bisa dikembangan sesuai dengan keadaan kelas maisng-masing, serta disesuaikan dengan situasi saat proses KBM. Model pembelajaran akan mampu berkembang jika seorang guru benar mengimplementasikannya di dalam proses pembelajarannya.
























BAB III
PENUTUP

Desain pengembangan metode pembelajaran PAI adalah perencanaan sebelum melakukan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan cara-cara pengajaran atau proses penyampaian materi, khususnya materi Pendidikan Agama Islam untuk dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang apa yang diajarkannya.
Pembelajaran pendidikan agama islam, sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran  pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi pengembangan kehidupan peserta didik. Dalam mengembangkan metode pembelajaran harus berpijak pada 4 hal pokok, yaitu : Tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, sumber belajar Karakteristik peserta didik yang belajar.












DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Agama RI, (1995), Pola Pembinaan Agama Islam Terpadu, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996/1997). Tim Pengembang PGSD Pembelajaran Terpadu D.II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta:
Hadi, T. & Herawati, I., S. (1990) Modul Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Universitas Terbuka
Moedjiono. (1991/1992). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Rahmat, J. (1991) Islam Aktual, Bandung: Mizan.
Salamah. (2004) Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa pada SMU di Banjarmasin (Tesis: Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan)
Departemen Pendidikan Nasional, Konsep dasar pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill), (Jakarta: Melalui Pendidikan berbasis Luas, 2002)
Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar